Senin, 04 Januari 2010

Pemadaman Listrik Bergilir Versus Dahlan Iskan

Sudah empat hari ini terjadi fenomena yang tak lazim di Kota Muara Teweh, tak lain dan tak bukan adalah listrik menyala normal selama empat hari berturut-turut. Biasanya dalam satu hari listrik menyala 16 jam dan mati 8 jam, dan kalau sudah normal jadwalnya 2 hari hidup dan 1 hari mati (biasanya dari jam 16:00 sampai antara jam 20:00 s.d. 01:00).

Apakah ini ada hubungannya dengan pergantian pucuk pimpinan PLN? kalau memang seperti itu adanya mudah-mudahan di bawah kepimpinan Dahlan Iskan krisis listrik yang klasik di luar jawa bisa semakin dibenahi.

Gebrakan yang dilakukan pimpinan PLN yang baru ini diantaranya adalah :
1. Gasifikasi PLN, yaitu mengganti bahan bakar solar dengan gas (di sumatera bisa menghemat keuangan negara sebesar 5 trilyun rupiah, bila di terapkan di jakarta bisa mengurangi belanja negara sampai 15 trilyun rupiah)
2. Membeli 12 trafo untuk 12 gardu induk cadangan, sehingga apabila gardu induk terbakar karena kebanjiran atau pengaruh temperatur hari yang panas tidak perlu ada pemadaman
(dikutip dari Kalteng Pos, Januari 2010).

Saat zaman kegelapan (baca :pemadaman listrik bergilir)  ini berlalu dari sejarah pastilah akan disambut gembira oleh seluruh konsumen, yang bersedih mungkin hanya penjual lilin, lampu emergency dan genset yang omsetnya menjadi turun, he he he

Mudah-mudahan berlalunya zaman kegelapan ini bukan hanya angan-angan, soalnya kalau kemarin program pemadaman listrik bergilir pernah dihapus tapi diganti dengan nyala listrik bergilir, ha ha ha ha

2 komentar:

  1. Mas, kalau saat ini PLN dikondisikan pemerintah sebagaimana BUMN lain yang pure bisnis, masih sulit untuk lepas dari jaman kegelapan. Masalah classic yaitu cash flow. Beberapa thn yang lalu pernah ngobrol sama salah satu bos di pembangkitan, pemerintah saja masih 'ngutang' ke PLN untuk subsidi yang harusnya bisa untuk pengadaan power plant baru. Saya pikir kalau subsidi yang dianggarkan saja sulit untuk masuk kas PLN, apalagi mau berharap untuk ada penyertaan modal dari pemerintah. Piye jal, mbulet thok.
    Kondisi sekarang sisi hulu sudah dibebaskan swasta ikut, china yang punya modal kapital gede, mo invest di Indonesia di power plant, syaratnya main equipment dari china, pekrjanya jga dari sono. Tau sendiri kualitas sampai saai ini, yang mungkin rencana overhaul 1th sekali, bisa 2 minggu dah trouble. Kontraktor lokal paling hanya dapat pekerjaan sipil dan equipment lain (bukan utama). Dibutuhkan management kelistrikan setidaknya bermental JK agar byar pyet berkurang. Sorry bro, opini pribadi. CMIIW

    BalasHapus
  2. tapi disisi lain dengan, pemadaman bergilir (khususnya di luar jawa) kebutuhan BBM meningkat drastis, yaitu bensin/solar untuk genset. Genset di kalimantan sudah menjadi kategori bahan pokok.
    Satu rumah tangga rata-rata mengkonsumsi 2,5 liter bensin per malamnya untuk genset, belum lagi untuk sektor bisnis (toko, bengkel, dsb).
    Di jawa sedang konversi minysk tanah ke gas, di kalimantan konversi PLN ke genset, he he he

    BalasHapus

toolbar powered by Conduit
 
 
 
 
Copyright © WISMADUNK